Iklan

Aceh dan Bencana Alam

relasinasional
01 Januari 2022 | 03:00 WIB Last Updated 2021-12-31T20:00:44Z
Aceh dan Bencana Alam


Relasi Nasional | Sastra - 26 Desember 2004 di suatu pagi pada hari minggu, semua masyarakat Aceh melakukan aktivitas seperti umumnya, Nelayan, Petani, dan Pedagang sedang menjalankan profesi nya masing-masing. Mereka bekerja produktif di tengah gejolak konflik Aceh yang se akan tidak ada batas habisnya. Ibu-ibu menentengkan tas kecil di tangan kiri untuk ke pasar, berharap nanti siang si Bapak pulang kerja harus kenyang. Para Bocah sedang riang bermain bola di bibir Pantai, pantang pulang sebelum jam 12 menghadang, pekik-nya lantang! si Bocah merayakan weekend-nya dengan sangat santai. 



Pagi Itu GAM sedang menyusun strategi untuk berjuang, jangan lemah, sibak rukok teuk kita akan menang! Ucap panglima dalam peperangan. TNI-Polri di bawah sedang waspada terhadap serangan, Pak Komandan berpesan; keluarkan semua skil kalian agar lawan enyah dari peradaban, siap, Laksanakan! Ucap si bawahan.



Di saat suasana yang begitu normal sedang berjalan, ada gesekan bumi yang tiba-tiba datang tanpa di undang. Tuhan mengirimkan musibah untuk Serambi Makkah tersayang, manusia memberi nama-nya Gempa yang menguncang. Sebagian nyawa melayang, sebagian-nya lagi tegang dalam harapan, selebih nya memohon ampunan kepada Tuhan. Dalam keheranan, Masyarakat Aceh membersihkan puing-puing harapan, rumah yang roboh, manusia berdarahan, hingga ribuan jenazah menjadi pemandangan. Manusia berpikir ini sudah selesai, takdir Tuhan memang tidak ada yang bisa memperkirakan. Duka mendalam baru saja usai, kini air laut siap-siap menghantam. 



Tsunami dengan kecepatan 360KM perjam tembus ke permukaan. Daaaarrrrrr !!!! Daaaaarrr !!!! Daaarrrrrr !!!! Begitulah dentuman terdengar, ini bukan bom seperti di Hiroshima Jepang, ini murni bencana alam. Tidak ada yang menyangka bahwa sebentar lagi mereka akan tenggelam. Air laut menancapkan ombak-nya sepanjang mata memandang, kaa plunggg !!!! Neupreh longg !!! Bagah ajuu !!! Suara semacam itu terdengar tanpa panggilan. Sebagian hanyut dalam ombak yang begitu dalam, sebagian selamat dengan pertolongan Tuhan. Bumi Serambi Makkah mencekam, Dunia pun heran dan terdiam, Ratusan ribu Rakyat Aceh berpulang kepada sang pencipta alam.



Hari ini dan 17 tahun silam, mari sama-sama kita berdoa kepada Tuhan sang maha penyayang. Supaya Aceh tetap aman dan damai. Biarkan bencana masa kelam menjadi peringatan. Dan pada hari ini pula, seluruh pelajar Aceh yang ada di Yaman menengadah tangan seraya berdoa untuk Aceh tanah kelahiran endatu para pejuang. Ratusan pelajar, para Masyaikh dan Habaib serta tamu undangan, kami semua serentak berdoa untuk korban yang sudah berpulang, dengan penuh harapan untuk Nanggroe Aceh Darussalam.



Penulis: Khairul Rijal Nurdin
Yaman Selatan / 30 Des 2021
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Aceh dan Bencana Alam

Trending Now

Iklan