![]() |
Tangkapan layar video diduga Andini Permata bersama bocil yang viral di media sosial. [Foto: Kotaku.id/Ist] |
Jakarta — Video diduga menampilkan perempuan bernama Andini Permata bersama seorang anak kecil bikin geger media sosial. Rekaman berdurasi 2 menit 31 detik itu beredar di TikTok, X (Twitter), dan Telegram, memicu kecaman soal dugaan eksploitasi anak.
Netizen ramai mengomentari kemunculan anak kecil dalam video tersebut. Banyak yang menyayangkan konten itu sambil menyuarakan keresahan dengan tagar “Indonesia cemas” di kolom komentar.
Melansir Radar Solo, Senin (7/7/2025), keaslian dan konteks video masih misterius. Beberapa pihak khawatir video itu disebarkan tanpa etika, bahkan mengandung unsur eksploitasi anak.
Pakar Siber Ingatkan Bahaya Tautan ‘Full Video’
Seiring viralnya video itu, beredar pula banyak tautan yang mengklaim menyediakan versi lengkap. Namun, pakar keamanan siber mengingatkan publik untuk tidak asal klik tautan mencurigakan.
“Bahaya mengklik tautan dari sumber yang tidak jelas sangat besar. Bisa jadi itu adalah pancingan untuk menyebarkan malware, melakukan penipuan, atau bahkan memancing pengguna untuk terlibat dalam penyebaran konten ilegal,” ujar seorang pakar keamanan siber, dikutip Suara.com, Senin (7/7/2025).
Tautan-tautan itu, kata pakar, bisa berisi:
- Malware yang mencuri data atau merusak perangkat.
- Penipuan atau pemerasan dengan modus video viral.
- Konten ilegal yang menyeret pengguna ke masalah hukum.
Identitas Andini Permata Masih Misterius
Hingga kini, belum ada bukti resmi soal identitas Andini Permata. Info Aceh, Minggu (6/7/2025), melaporkan tidak ditemukan akun atau profil yang mengonfirmasi keberadaannya. Banyak tautan justru mengarah ke situs iklan, grup Telegram, atau konten bodong yang berbahaya.
Fenomena ini diduga sebagai clickbait untuk mendulang klik, menyebar malware, atau memancing data pribadi.
Masyarakat diimbau berhenti menyebarkan video atau tautan yang belum jelas asal-usulnya. Pastikan selalu memverifikasi informasi lewat sumber resmi dan kredibel untuk menghindari risiko siber. (mis)