BREAKING NEWS
iklan

Kripto ATM Jadi Jembatan Transaksi Aset Digital dan Uang Tunai

Ilustrasi pengguna melakukan transaksi Bitcoin melalui Kripto ATM menggunakan ponsel
Ilustrasi

 Jakarta — Kripto ATM kini makin populer sebagai cara cepat menukar uang tunai dengan aset digital seperti Bitcoin dan Ethereum. Mirip mesin ATM bank, perangkat ini memungkinkan pembelian dan penjualan kripto secara instan, tanpa perlu ribet mendaftar di bursa online.


Kripto ATM, atau Automated Teller Machine kripto, bekerja dengan menghubungkan pengguna langsung ke penyedia layanan aset digital. Lewat mesin ini, transaksi bisa berlangsung dua arah: beli atau jual kripto dengan uang tunai maupun kartu debit.



Cara Beli Kripto di Kripto ATM


Untuk membeli, pengguna wajib melewati tahapan verifikasi identitas. Prosesnya bisa berupa pemindaian dokumen resmi atau nomor ponsel, sesuai regulasi. Transaksi kecil kadang tak butuh verifikasi ketat, tapi untuk jumlah besar aturan Know Your Customer (KYC) biasanya berlaku.


Setelah itu, pengguna memilih jenis kripto yang ingin dibeli, memasukkan jumlah uang, lalu memindai kode QR dompet digital. Uang tunai dimasukkan ke mesin, dan aset digital langsung dikirim ke dompet tersebut.



Cara Jual Kripto di Kripto ATM


Sebaliknya, untuk menjual, pengguna lebih dulu memverifikasi identitas. Lalu kripto dikirim dari dompet pribadi ke alamat yang diberikan mesin. Setelah transaksi dikonfirmasi di blockchain, mesin akan mencetak kode penukaran. Kode ini kemudian dimasukkan kembali untuk mencairkan uang tunai.



Plus Minus Kripto ATM


Seperti teknologi lain, Kripto ATM menawarkan kemudahan sekaligus tantangan.


Keunggulan utama ada pada kecepatan dan aksesibilitas. Proses transaksi hanya butuh hitungan menit, cocok bagi investor yang ingin cepat merespons harga pasar. Mesin ini juga membantu mereka yang tak punya rekening bank atau kartu kredit untuk tetap bisa bertransaksi kripto.


Namun, kelemahannya cukup menonjol. Biaya transaksi tergolong tinggi, bisa mencapai 7% hingga 20% per transaksi. Jumlah mesin pun masih terbatas, tidak semua mendukung jual-beli dua arah. Risiko keamanan fisik juga tak bisa diabaikan, mulai dari perampokan hingga potensi skimming seperti pada ATM bank biasa.


Selain itu, volatilitas harga kripto membuat nilai aset yang dibeli bisa turun drastis dalam waktu singkat. Regulasi yang berbeda di tiap negara pun menambah tantangan tersendiri.



Regulasi dan Pertumbuhan Global


Setiap negara punya aturan berbeda terkait Kripto ATM. Ada yang mengakui Bitcoin sebagai aset sah, ada pula yang membatasi atau bahkan melarang penggunaannya. Regulasi ini umumnya menentukan seberapa ketat verifikasi identitas pengguna diwajibkan.


Data Coin ATM Radar mencatat per pertengahan 2024 ada lebih dari 38 ribu Kripto ATM di dunia. Lebih dari 82% di antaranya berada di Amerika Serikat. Kanada menempati posisi kedua, disusul Australia. Angka ini menunjukkan meningkatnya adopsi aset digital dan kebutuhan akses kripto yang lebih mudah.



Pemain Besar dan Masa Depan Kripto ATM


Beberapa operator terbesar saat ini adalah Bitcoin Depot, Coinflip, dan Athena Bitcoin. Mereka menguasai ribuan unit Kripto ATM di berbagai negara.


Prospeknya masih cerah, seiring meningkatnya kesadaran publik terhadap kripto dan kebutuhan inklusi keuangan global. Mesin ini jadi solusi bagi masyarakat yang tak tersentuh layanan perbankan tradisional.


Namun, biaya tinggi, ketidakpastian regulasi, serta persaingan dari bursa online tetap jadi faktor penentu arah pertumbuhan Kripto ATM ke depan. Jika tantangan itu bisa dijawab, Kripto ATM berpotensi menjadi pintu utama bagi masyarakat umum untuk masuk ke dunia aset digital.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image