Tradisi Maulid di Aceh Tiga Bulan Penuh, Ini Keunikannya
![]() |
| Masyarakat Aceh bersama ulama dan pejabat daerah menggelar kenduri Maulid Nabi dengan hidangan tradisional kuah beulangong. [Foto: Abdul Hadi/acehkini] |
Banda Aceh — Umat muslim di Indonesia akan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 1447 H yang jatuh pada 5 September 2025. Di Aceh, tradisi Maulid atau khanduri maulod punya ciri khas yang berbeda dibanding daerah lain.
Tradisi ini sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh Darussalam. Dalam wasiatnya pada 1507 M, Sultan Ali Mughayat Syah menyebutkan perayaan Maulid Nabi mampu memperkuat silaturahmi antargampong.
Uniknya, Maulid di Aceh digelar hingga tiga bulan berturut-turut. Mulai Rabiul Awal disebut Maulod Awai, Rabiul Akhir sebagai Maulod Teungoh, dan Jumadil Awal dikenal dengan Maulod Akhe. Pelaksanaannya dilakukan bergiliran antar desa, instansi, hingga kampung.
Perayaan ini menjadi wujud kecintaan masyarakat Aceh kepada Nabi Muhammad SAW sekaligus momen mempertebal iman. Selain itu, kenduri Maulid juga mempererat silaturahmi antarwarga serta menumbuhkan solidaritas sosial, terutama untuk anak yatim dan kaum duafa.
Ritual utama dalam khanduri maulod adalah kenduri besar dengan hidangan khas kuah beulangong. Masakan kari daging ini dimasak dalam kuali besar dan diaduk sambil melantunkan selawat. Hidangan kemudian disajikan dalam idang meulapeh, yaitu makanan bertingkat berisi nasi ketan, lauk pauk, dan kue tradisional.
Selain kenduri, masyarakat juga menggelar zikir dan pembacaan dalail khairat di masjid atau meunasah. Acara biasanya ditutup dengan ceramah agama oleh ulama setempat.
Tradisi Maulid di Aceh bukan sekadar peringatan lahirnya Rasulullah SAW, melainkan juga sarana menjaga identitas, memperkuat kebersamaan, dan memperdalam keimanan umat.

