Robot Gedek, Pembunuh Anak Era 90-an yang Bikin Indonesia Ngeri
![]() |
| Robot Gedek, pembunuh berantai yang menghabisi 12 anak laki-laki pada 1990-an. [Foto: Istimewa] |
Jakarta, relasinasional.com — Nama Robot Gedek masih menjadi momok dalam sejarah kriminal Indonesia. Pria tunawisma bertubuh kurus ini tercatat menghabisi 12 anak laki-laki berusia 9 hingga 15 tahun pada medio 1990-an dengan cara sadis: mutilasi.
Robot Gedek, yang memiliki nama asli Siswanto, lahir pada 1963. Julukan “Robot Gedek” melekat karena tubuhnya yang pendek, kurus, bungkuk, dan kebiasaannya menggelengkan kepala tanpa henti, membuat langkahnya tampak seperti robot pincang. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di jalanan ibu kota.
Aksi pembunuhan berantai itu terjadi antara Desember 1994 hingga Juli 1996. Modusnya selalu sama: ia mengelabui korban, melakukan pelecehan seksual, lalu membunuh dan memutilasi tubuh mereka. Polisi menemukan delapan jasad di Jakarta dan empat lainnya di Jawa Tengah.
“Laporan polisi menyebut Siswanto menyayat perut para korbannya,” tertulis dalam berkas penyidikan kasus ini.
Kasus itu sontak mengguncang publik. Warga resah, media ramai memberitakan, bahkan orang tua menjadikan nama Robot Gedek sebagai ancaman agar anak-anak cepat pulang sebelum malam.
Pada 21 Mei 1997, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan vonis mati kepada Siswanto. Namun semua upaya hukum banding yang diajukan ditolak. Ia kemudian dipindahkan dari Lapas Cipinang ke Lapas Batu Nusakambangan pada 1999.
Di balik jeruji, Robot Gedek pernah mengaku takut menghadapi eksekusi mati. Namun takdir berkata lain. Hukuman itu tak sempat dijalankan. Ia meninggal dunia karena serangan jantung pada 26 Maret 2007, di usia 43 tahun.
Meski sudah tiada, kisah kelam Robot Gedek terus menghantui ingatan publik. Ia tercatat sebagai salah satu pembunuh berantai pertama yang terungkap di Indonesia, dan namanya kerap disebut dalam literatur kriminal berdampingan dengan Baekuni alias Babe, meski keduanya tak pernah memiliki kaitan langsung.
Dua dekade berlalu, kasus ini masih menjadi pengingat betapa rentannya anak-anak di ruang publik dan pentingnya kewaspadaan terhadap predator seksual. Robot Gedek mungkin sudah mati, tapi jejak terornya masih menjadi bayangan kelam sejarah kriminal Indonesia.

