Gema Muharram, Bireuen Hidupkan Literasi Islam Lewat Festival MQK

relasinasional
29 Juni 2025 | 11:59 WIB Last Updated 2025-06-29T04:59:50Z

Bupati Bireuen menerima penghargaan dari Abu Mudi pada Festival MQK Al-Mahalli 2025
Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST menerima plakat penghargaan dari Ulama Kharismatik Aceh, Al-Mukarram Abu Mudi (Tgk. H. Hasanoel Basri HG) pada pembukaan Festival MQK Al-Mahalli se-Aceh di Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Sabtu (28/6/2025) malam. [Foto: Humas Prokopim Bireuen]

 Bireuen – Kabupaten Bireuen kembali menunjukkan kiprahnya sebagai pusat peradaban Islam di Aceh lewat pembukaan Festival Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Al-Mahalli se-Aceh, Sabtu malam (28/6/2025) bertepatan dengan 1 Muharram 1447 H. Acara ini dibuka langsung oleh Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, bersama ulama kharismatik Aceh, Al-Mukarram Abu Mudi (Tgk. H. Hasanoel Basri HG), di halaman Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga.


Festival bertajuk Gema Muharram ini bukan sekadar seremoni. Pembukaan simbolis Kitab Mahalli, rujukan penting dalam khazanah keilmuan Islam klasik Ahlussunnah wal Jama’ah, menjadi penanda komitmen kolektif dalam melestarikan literasi Islam klasik di Tanah Rencong.


“Bulan Muharram adalah momentum muhasabah dan pembaruan tekad. MQK bukan hanya ajang kompetisi, tetapi ruang silaturahmi dan edukasi keislaman,” ujar Bupati Mukhlis dalam sambutannya.


Ia juga menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Bireuen terus mendukung kegiatan keislaman, khususnya yang digagas pesantren. Menurutnya, pembangunan spiritual dan moral adalah fondasi utama dalam membentuk masyarakat Aceh yang cerdas dan berakhlak.


Kegiatan yang berlangsung dari 28 Juni hingga 4 Juli 2025 ini menghadirkan ragam lomba keilmuan seperti Fahmil Kutub, pembacaan kitab kuning, debat ilmiah Islam, hingga kajian kitab klasik. Puluhan peserta dari berbagai dayah dan pesantren se-Aceh ikut serta.


Ketua Panitia PHBI MUDI, Tgk. Muhammad Irfan, S.Ag., menyebutkan bahwa Gema Muharram adalah syiar Islam yang menggabungkan unsur spiritual dan intelektual santri. “Kami ingin MQK menjadi tonggak kebangkitan literasi pesantren di era digital,” ujarnya.


Acara ini juga dimeriahkan dengan lantunan ayat suci oleh Tgk. Husni Mubarak, sholawat dari Tgk. Zulkiram Ramadhan dan Ardian Salim, serta lighting show pembuka. Usai pembukaan, dilakukan pengukuhan Dewan Hakim dipimpin Abina Abdul Muhaimin, S.Sos., M.H, dilanjutkan lomba perdana cabang Fahmil Kutub.


Wadir I MUDI, Abi Dr. H. Zahrul Fuadi Mubarak HB, M.Pd., menekankan pentingnya MQK sebagai pelestarian turats (warisan keilmuan klasik). “Pesantren bukan hanya lembaga tradisional, tapi pusat transformasi spiritual dan sosial.”


Festival MQK Al-Mahalli se-Aceh menjadi penegasan bahwa pesantren mampu beradaptasi dengan tantangan zaman, tanpa kehilangan akar keilmuannya. Dengan dukungan penuh masyarakat dan ulama seperti Abu Mudi, Dayah MUDI Samalanga kembali menjadi benteng utama penjaga tradisi ilmiah Islam di Aceh. (mis)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Gema Muharram, Bireuen Hidupkan Literasi Islam Lewat Festival MQK

Trending Now