![]() |
Seorang kreator muda sedang membuat video TikTok dengan latar biru, simbol TikTok terlihat di sampingnya. |
Jakarta — Sebanyak 157,6 juta pengguna TikTok di Indonesia berebut bikin video viral. Peluang ini bisa diraih dengan strategi konten, dukungan AI, dan waktu posting yang pas, menurut laporan Antara News, Sabtu (13/7/2025).
Konten yang mengikuti tren musik dan format terbukti mendongkrak engagement hingga 200%. “Sound yang sedang tren memberi sinyal positif ke algoritma. Gunakan fitur trending sounds di TikTok atau CapCut untuk analisis real-time,” jelas Sarah Tan, pakar media sosial GoPay Indonesia (17/2/2025).
Durasi video juga menentukan. Laporan CapCut menyebut video berdurasi 15–30 detik paling efektif. “Penonton kehilangan minat setelah 8 detik jika tak ada hook menarik,” tulis laporan itu. Sisipkan teks dan efek visual dalam tiga detik pertama untuk menarik perhatian.
Konten personal seperti ‘A Day in My Life’ dan GRWM (Get Ready With Me) juga mudah viral. “Konten seperti itu relatable dan bikin orang betah nonton,” kata Andrea Wijaya, kreator @kepinappsss (19/10/2024).
Berbagai alat berbasis AI kini jadi andalan kreator. CapCut menawarkan template FYP dan fitur auto-script hingga transisi dinamis. Synthesia dan AI Studios memungkinkan membuat video edukasi dengan avatar digital yang bisa bicara lebih dari 140 bahasa. Sementara Google Veo 3 bisa menghasilkan video dari teks dengan detail visual dan bahasa lokal yang kuat.
“Video AI seperti Veo 3 bukan lagi masa depan, tapi kebutuhan sekarang,” ujar Zulfikar Hardiansyah, jurnalis teknologi Kompas (12/7/2025).
Waktu posting juga penting. Riset Dealls (8/5/2025) merekomendasikan jadwal berikut: Senin pukul 06.00 dan 10.00 untuk konten motivasi, Jumat pukul 02.00 dan 09.00 untuk challenge atau review, dan Minggu pukul 08.00 dan 15.00 untuk vlog atau konten inspiratif. Unggah 5–15 menit sebelum jam puncak untuk hasil maksimal.
Namun di balik euforia viral, ancaman keamanan digital mengintai. Beredar link video viral palsu, seperti kasus “Andini Permata”, yang ternyata berisi phishing dan malware. “Tautan tak dikenal berpotensi berbahaya. Verifikasi dulu sebelum klik!” tegas tim keamanan Bukamata.id (2025). (mis)